ALIRAN PSIKOANALISIS
MAKALAH
Di susun Guna Memenuhi Tugas Mid Semester
Mata Kuliah: Psikologi Islam
Dosen Pengampu: Fatma Laili Khoirun Nida,
S.Ag, M.Si
Disusun Oleh:
Nama : Ahmad
Syaifuddin Zuli
NIM
: 11 21 89
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tidak diragukan
lagi bahwa Sigmund Freud adalah orang yang menemukan Psikoanalisis, meskipun
beberapa kali – seperti misalnya dalam memperkenalkan Psikoanalisis yang
disajikan disini dalam bahasa Indonesia, ia sendiri mengakui orang lain sebagai
penemu Psikoanalisis.
Yang benar
ialah pada akhir abad ke 19 sudah ada beberapa usaha yang seakan-akan
mempersiapkan jalan bagi Freud. Bahkan ada beberapa orang yang sudah berdiri di
ambang pintu penemuan itu, tetapi entah karena apa, tidak ada yang masuk ,
kecuali dokter Wina ( Freud ) itu.
Karena itu kegeniusan Freud tidak tidak kurang sedikitpun, jika kita mengakui
pendahulu-pendahulu yang turut menciptakan suasana dimana penemuan baru ini
dapat berlangsung.[1]
Sampai dengan
penghujung abad ke XX ini terdapat empat Aliran besar Psikologi :
I.
Psikoanalisis ( Psychoanalysis )
II.
Psikologi Perilaku ( Bebavior
Psychology )
III.
Psikologi Humanistik ( Humanistic
Psychology )
IV.
Psikologi Transpersonal ( Transpersonal Psychology ).[2]
Alasan saya mengambil
aliran Psikoanalisis karena saya tertarik ingin mempelajari tentang bagaimana
metode penyembuhan pasien dengan cara hipnotis melalui alam bawah sadar
manusia, sebagaimana seperti yang di utarakan Freud tentang metode Breuer ini.
Terus terang saya memang sangat tertarik dengan metode pengobatan seperti ini .
karena metode seperti ini itu metode sangat unik sekaligus paradoksial.
Selain itu juga
menurut freud mimpi juga bisa sebagai teori psikis . terapi penyembuhan melalui
alam bawah pra sadar manusia. Sehingga dapat dikatakan sebagai penyembuhan
secara unik.
Selain itu juga
aliran Psikoanalisis juga membahas tentang kepribadian manusia yakni meliputi
Id, Ego, Super Ego. Dan juga dalam makalah ini membahas tentang perkembangan
kepribadian manusia yang meliputi fase Oral, fase Anal, fase Phalik dan fase
Laten.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa psikoanalisa memandang perilaku manusia
banyak dipengaruhi masa lalu, ketidaksadaran, dan dorongan-dorongan biologis
(nafsu-nafsu), yang selalu menurut kenikmatan untuk segera dipenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Psikologi
psikoanalisis
Sebagai
pendiri psikoanalisis adalah Sigmund
Freud ( 1856-1939 ).Freud mengambil
metode breuer mengenai hipnotis menangani pasiennya, tetapi akhirnya tidak
memuaskan dengan hipnosis tersebut, dan menggunakan assosiasi bebas ( free
association ), merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis.
Tujuan dari
psiko analisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan
atau pikiran-pikiran yang di refresh atau ditekan, yang di asumsikan sebagai
sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya.
Dalam tahun
1895 Freud dan Breuer mempublikasikan “ Studies on Hysteria “ yang dipandang sebagai permulaan dari
psikoanalisis. Dalam perjalanan kerjanya Freud mendapatkan bahwa impian dari
pasiennya dapat memberikan sumber
mengenai emotional material yang bermakna. Freud kemudian
mempublikasikan bukunya “ The Interpretation Of Dreams “.
Beberapa
mahasiswa mengadakan diskusi kelompok, dengan demikian dapat belajar mengenai
psikoanalisis Freud, yang kemudian memperoleh nama Alfred Adler dan carl jung
dalam oposisi nya terhadap Freud.[3]
Menurut Freud kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu
a.
Id ( dorongan-dorongan biologis )
Adapun yang terkandung di dalam id adalah sebagai potensi yang
terbawa sejak lahir, insting-insting dan nafsu-nafsu primer, sumber energi
psikis yang memberi daya kepada ego dan super ego untuk menjalankan
fungsi-fungsinya. Pada id berlaku prinsip kenikmatan :ia selalu berorientasi
pada kenikmatan dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi pemuasaanya serta
senantiasa menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Id yang berorientasi
kenikmatan itu sepenuhnya terletak di alam tak sadar.
b.
Ego ( kesadaran terhadap realitas
kehidupan )
Berfungsi merealisasikan kebutuhan-kebutuhan Id dengan jalan
memilih bentuk pemuasan kenikmatan yang benar-benar ada dan tersedia, dan
caranya pun dapat diterima dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dengan
demikian pada sistem ego berlaku prinsip realitas. Ego bertempat di dalam alam
sadar, tetapi sebagian berada di alam pra sadar sebagai unsur-unsur laten yang
sewaktu waktu dapat diingat kembali.
c.
Super Ego ( kesadaran normatif )
Berkembang dari ego, karena ego yang dalam fungsi memenuhi secara
realistis dorongan-dorongan Id mau tak mau harus mempertimbangkan tuntutan etis
normatis lingkungan. Kontak dengan lingkungan dan norma-normanya inilah yang
mengembangkan super Ego. Berlainan dengan Id yang orientasinya berkenikmatan
semata-mata dan ego yang senantiasa berfungsi dengan dasar prinsip realitas,
maka super Ego menuntut kesempurnaan dan idealitas perilaku dengan ketaatan
terhadap norma-norma lingkungan sebagai tolak ukurnya, sehingga di katakan
bahwa pada super ego berlaku prinsip Idealitas.
Pandangan Freud tentang jiwa manusia sering
disederhanakan dan di umpamakan sebagai “gunung es yang terapung di
samudera”. Sebagian kecil tampak di permukaan ( Alam sadar ), bagian
terbesar tidak tampak ada di samudera ( Alam tk sadar ), dan diantara keduanya
ada bagian yang karena gerakan naik turunnya gelombang. Kadang-kadang hilang
terendam dibawah permukaan atau tampak muncul ke atas ( Alam Prasadar ). Dengan
menggunakan asosiasi bebas, hipnosis, analis mimpi, analis salah ucap, dan tes
proyeksi hal-hal yang terkandung dalam alam tak sadar dapat terungkap ke alam
sadar.[4]
Kalau psikologi fungsionalisme dan
gestalt merupakan reaksi dan kritik terhadap aliran faali, maka aliran
psikoanalisis pada mulanya merupakan usaha mencari sebab-sebab penyakit jiwa
dan teknik penyembuhannya oleh psikiater ( ahli penyakit jiwa ). Menurut mereka
sebab penyakit kejiwaan ialah adanya konflik kejiwaan, yang terletak di dalam
alam tak sadar ( Unconsciousness ).
Freud
terkenal dengan teori psikoanalisisnya yang mencakup:
·
Teori kepribadian
Ø Id
Ø Ego
Ø Super
ego
·
Teori teknik analisis kepribadian
·
Teori.[5]
2.
Konsep Manusia
menurut Psikoanalisa
Pandangan psikologi Islami dan
pandangan Islam dalam tradisi positif di atas bertolak belakang dengan doktrin
agama kristen. Menurut doktrin kristen, seseorang terlahir dalam keadaan dosa
dan dalam suatu keadaan yang tidak suci. Manusia tidak bisa menebus dirinya
melalui sumber batinnya sendiri, tetapi hanya melalui kristus. Orang-orang
kristen meyakini kristus telah melunasi dosa melalui kematiannya, dan telah
menderita bagi semua dosa manusia. Maka adalah wajib bagi manusia menjadikan
kristus sebagai juru selamatnya, agar terbebaskan dari dosa-dosa. Pandangan ini
secara diametral bertentangan dengan
pandangan psikologi Islami.
Dalam hadits
diterangkan :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يَـوْلَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ- وَفِى رِوَايَةٍ: عَلَى هَذِهِ الْمِلَّةِ- فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانَهُ
أَوْيُنَصِّرَانَهُ أَوْيُمَجِّسَانَهُ، كَمَا تُوْلَدُ بَهِيْمَةٌ جَمْعَاءَ،
هَلْ تُحِسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
’’ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan
fitrah”—dalam riwayat lain disebutkan: “Dalam
keadaan memeluk agama ini—Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani atau Majusi’’. (HR. Bukhari dan Muslim ).
Pandangan psikoanalisis ( Psychoanalysis
) mengungkapkan manusia lahir dalam keadaan cenderung untuk memenuhi
dorongan hidup ( Eros ) dan dorongan mati ( Thanatos ) . dorongan
hidup mewujud dalam bentuk libido-seksualita. Dorongan mati mewujud dalam
bentuk bunuh diri dan agresi. Dorongan alami manusia dengan demikian, cenderung
buruk. Kalaupun dalam diri manusia ada yang bernama super ego ( hati nurani ),
tapi psikologis analisis memandang bahwa hati nurani ini terbentuk semata-mata
oleh pengaruh lingkungan eksternal dan tidak bersifat alamiah.[6]
Perubahan
dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan
psikis, dan perubahan kuantitaif akibat dari perubahan fisik. Perubahan
kualitatif sering disebut dengan perkembangan, seperti perubahan dari tidak
mengetahui menjadi mengetahui, dari kekanak-kanakan menjadi dewasa, dan
seterusnya. Sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan pertumbuhan
seperti perubahan tinggi dan berat badan.
Tingkat perkembangan adalah satu pembagian masa kehidupan menurut jarak
kronologis tertentu, yang berubah-ubah secara tetap. Taraf perkembangan adalah
satu periode dalam kehidupan seseorang dengan pemunculan sifat-sifat pembawaan
atau pola-pola tingkah laku. Tugas-tugas perkembangan adalah ketrampilan,
tingkat prestasi, dan kemampuan menyesuaikan diri yang dianggap penting pada
usia tertentu bagi penyesuaian diri dengan sukses dari seseorang, yang
dipengaruhi oleh kematangan psikis, tekanan kultural dari masyarakat, dan
hasrat-hasrat pribadi.
Sigmund
Freud
dari psikoanalisa misalnya membagi perkembangan psikis manusia dalam lima fase
:
1.
Fase oral
Fase ini antara usia 0-1 tahun
2.
Fase anal
Fase ini antara usia 1-3 tahun
3.
Fase phalik
Fase ini antara usia 3-6 tahun
4.
Fase Laten
Fase ini antara usia 6-12 tahun
5.
Fase genital
Fase ini antara usia 12-18 tahun.[7]
Firman Allah :
فان
خاقنا كم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة و غير مخلقة لنبين لكم
ونقر في الارحام ما نشا ء الي اجل مسمى
“Sesungguhnya
kami telah menjadikan kamu dari tanah,kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna,agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tepat dalam rahim,
apa uang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” ( QS al-Hajj : 5 )
Tiga fase pertama terjadi pada masa usia balita dan diebutnya
sebagai masa pragenital, sedangkan fase terakhir yang terjadi pada masa
pubertas, setelah sebelumnya terjadi fase latensi dalam kehidupan manusia.
Perlu diingat bahwa Freud juga dipengaruhi oleh konsep filsafat, sains dan ilmu
medic pada zamannya, yang kemudian dikukuhkan konsep-konsepnya melalui
pandangan kolega, murid dan pengikut alirannya. Marx dan Hillix menggambarkan
pengaruh konsep filsafat, sains, dan perkembangan ilmu medic sebagai pemicu
dari perkembangannya mazhab ini serta tokoh-tokoh penerus aliran psikoanalisis.[8]
Farida mengkritik
tentang teori psikoanalisa yang di
kembangkan oleh sigmund freud.
a.
Teori freud yang mengungkapkan bahwa
satu-satunya hal yang mendorong kehidupan manusia adalah dorongan id/ libido seksualita
adalah teori yang mendapat tantangan keras. Dalam libido seksualita, seseorang
berusaha mempertahankan eksistensinya karena bermaksud memenuhi hasrat
seksualnya. Teori semacam ini di pandang sebagai menyederhanakan kompleksitas
dorongan hidup yang ada dalam diri manusia. Dalam kaca pandang humanistik,
teori ini hanya menjelaskan adanya kebutuhan yang paling mendasar (
kebutuhanfisiologis ) dan tak mampu memberikan penjelasan untuk empat kebutuhan
yang lain. Psikoanalisa akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan kebutuhan
akan aktualisasi diri, kebutuhan untuk beragama, dan tak mampu menjelaskan
tentang dorongan yang dimiliki muslim untuk mendapat ridha Allah SWT.
b.
Konsep psikoanalisis yang terlalu menekankan
masa lalu ( kecil ) terhadap perjalanan manusia ini dikritik banyak kalangan,
karena dalam diri aliran ini terkandung pesimisme yang besar pada setiap upaya
pengembangan diri manusia.
c.
Manusia adalah produk evolusi yang
terjadi secara kebetulan / manusia hidup, lahir dan berkembang hanyalah sebagai
akibat dari bekerjanya daya-daya kosmik terhadap benda-benda inorganik.[9]
BAB III
HASIL ANALISIS
Islam adalah agama universal (rahmatan lil ‘alamin) memberi ruang yang
sangat terbuka terhadap perkembangan sains. Oleh karenanya, dengung kebangkitan
Islam ini pun menyangkut pula bidang keilmuan. Nama-nama seperti Ismail Raji
al-Faruqi, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Sayyed Hussein Nasr, Yusuf Qardhawi,
dan Ziauddin Sardar, Malik B. Badri dan lain-lain menjadi pelopor islamisasi
ilmu pengetahuan di berbagai bidang ilmu, seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum,
sosiologi, antropologi, ilmu politik, psikologi dan seterusnya.
Pandangan Islam tentang Psikoanalisis
bersifat transendental dan mempercayai sepenuhnya bahwa keberadaan manusia
diciptakan Allah dan bahwa penciptan manusia mempunyai tujuan atau misi khusus,
yaitu beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah ( pemimpin, pengatur ) di
bumi. Hal ini berbeda dengan pandangan filsafat dan psikologi barat modern yang
tak mencatat aspek penting bahwa kehadiran manusia diciptakan Allah dan tidak
melihat adanya misi suci dari kehadiran manusia.
Obyek formal psikologi islami adalah
manusia dengan segala rahasia karakter, sifat dan hakekatnya, sampai pada
proses pembentukan perilakunya, yang sebenarnya merupakan materi yang paling
banyak diungkapkan dalam al-Qur’an. Hal ini bermula dari konsep tentang
manusia, yang bertalian dengan istilah yang selalu mengiringinnya seperti nafs, ruh, aql, qalb, fuad, fitrah, fujura,
dan taqwa
Pandangan psikologi analisis (psychoanaliysis) mengungkapkan manusia
lahir dalam keadaan cenderung untuk memenuhi dorongan hidup (eros) dan dorongan mati (thanathos). Dorongan hidup dalam bentuk
libido-seksualita. Dorongan mati
mewujud pada bentuk bunuh diri dan agresi. Dorongan alami manusia, dengan
demikian, cenderung buruk. Kalaupun dalam diri manusia ada yang bernama super ego
(hati nurani), tapi psikoanalisis memandang bahwa hati nurani ini berbentuk
semata-mata oleh pengaruh lingkungan eksternal dan tidak bersifat alamiah.[10]
Walaupun Sigmund Freud dibilang bapaknya
psikologi, namun, kajian beliau turut mendapat kritikan dari ahli-ahli
psikologi lain. Satu kritikan tajam ialah ketika Freud selalu mengumpulkan data
kajiannya secara spekulatif. Model riset seperti ini dinilai tidak objektif dan
bagaimanapun suatu teori tidak boleh digeneralisasikan. Selain itu,
pengkaji-pengkaji mendapati rata-rata konsep Freud seperti id, ego, superego,
naluri mati, libido dan kerisauan, tidak dapat dibuktikan dengan kaedah
eksperimen.
Sekiranya Freud seperti menelan ludah sendiri.
Suatu kali Freud mengakui bahwa okultisme atau ilmu gaib dianggap sebagai
klenik. Ironisnya, justru Jung menangkap sinyal yang sama dalam teori
seksulitas Freud, karena teori Freud seperti hipotesis yang belum terbukti dan
pandangan-pandangan spekulatif Freud lainnya. Jung menambahkan bahwa
“...Kebenaran ilmiah adalah suatu hipotesis yang mungkin telah cukup untuk masa
itu namun tidak perlu dilestarikan sebagai panutan segala zaman.[11]
BAB IV
KESIMPULAN
psikoanalisis
adalah Sigmund Freud ( 1856-1939 ).Freud
mengambil metode breuer mengenai hipnotis menangani pasiennya, tetapi akhirnya
tidak memuaskan dengan hipnosis tersebut, dan menggunakan assosiasi bebas ( free
association ), merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis.
psikologi
fungsionalisme dan gestalt merupakan reaksi dan kritik terhadap aliran faali,
maka aliran psikoanalisis pada mulanya merupakan usaha mencari sebab-sebab
penyakit jiwa dan teknik penyembuhannya oleh psikiater ( ahli penyakit jiwa ).
Menurut mereka sebab penyakit kejiwaan ialah adanya konflik kejiwaan, yang
terletak di dalam alam tak sadar ( Unconsciousness ).
Pada permulaan Freud berpendapat
bahwa kehidupan psikis mengandung dua bagian yaitu kesadaran (life conscious) dan ketidaksadaran (the unconscious). Bagian kesadaran
bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupakan bagian kecil dari
kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada dibawah permukaan air)
mengandung insting-insting yang mendorong semua perilaku manusia.
Selain itu juga aliran Psikoanalisis juga membahas tentang
kepribadian manusia yakni meliputi Id, Ego, Super Ego.
Dan juga membahas tentang perkembangan kepribadian manusia yang
meliputi fase Oral, fase Anal, fase Phalik dan fase Laten.
DAFTAR PUSTAKA
K. Bertens, Psikoanalisis
Sigmund Freud, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2006
Hanna Djumhana
Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, Pustaka Pelajar: Yogyakarta,
1995
Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum, Andi : Yogyakarta, 1981
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi
Kepribadian Muslim Pancasila, Sinar Baru: Bandung, 1998
Fuad Nashori, Potensi-Potensi
Manusia , Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2003
Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta, 2002
Rifaat Syauqi Nawawi,
metodologi psokologi islam ,pustaka pelajar, Yogyakarta:2000
Farida, Psikologi
Pasien, Nora Media Enterprise: kudus, 2011
[1] K.
Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta, 2006, hal. 6
[2] Hanna
Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta, 1995, hal. 225
[3] Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi : Yogyakarta, 1981, hal. 61-62
[4] Hanna
Djumhana Bastaman, Op.Cit, hal. 225-226
[5] Abdul
Aziz Ahyadi, Psikologi Kepribadian Muslim Pancasila, Sinar Baru:
Bandung, 1998, hal. 21-22
[6] Fuad
Nashori, Potensi-Potensi Manusia , Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2003,
hal. 70-71
[7] Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta, 2002, hal . 94-96
[8] Rifaat Syauqi Nawawi,
metodologi psokologi islam ,pustaka pelajar, Yogyakarta:2000, hal. 43-44
[9] Farida, Psikologi
Pasien, Nora Media Enterprise: kudus, 2011, hal. 97-98
[10] Fuad
Nashori , Op.Cit. hal. 71-72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar