Kamis, 07 November 2013

psikologi psikoanalisis

ALIRAN PSIKOANALISIS
MAKALAH

Di susun Guna Memenuhi Tugas Mid Semester
Mata Kuliah: Psikologi Islam
Dosen Pengampu: Fatma Laili Khoirun Nida, S.Ag, M.Si

Disusun Oleh:
                                                Nama               : Ahmad Syaifuddin Zuli
                                                NIM                 : 11 21 89       

                                               





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
2013


BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Tidak diragukan lagi bahwa Sigmund Freud adalah orang yang menemukan Psikoanalisis, meskipun beberapa kali – seperti misalnya dalam memperkenalkan Psikoanalisis yang disajikan disini dalam bahasa Indonesia, ia sendiri mengakui orang lain sebagai penemu Psikoanalisis.
Yang benar ialah pada akhir abad ke 19 sudah ada beberapa usaha yang seakan-akan mempersiapkan jalan bagi Freud. Bahkan ada beberapa orang yang sudah berdiri di ambang pintu penemuan itu, tetapi entah karena apa, tidak ada yang masuk , kecuali dokter Wina  ( Freud ) itu. Karena itu kegeniusan Freud tidak tidak kurang sedikitpun, jika kita mengakui pendahulu-pendahulu yang turut menciptakan suasana dimana penemuan baru ini dapat berlangsung.[1]
Sampai dengan penghujung abad ke XX ini terdapat empat Aliran besar Psikologi :
                                I.            Psikoanalisis ( Psychoanalysis )
                             II.            Psikologi Perilaku ( Bebavior Psychology )
                           III.            Psikologi Humanistik ( Humanistic Psychology )
                          IV.            Psikologi Transpersonal (  Transpersonal Psychology ).[2]
Alasan saya mengambil aliran Psikoanalisis karena saya tertarik ingin mempelajari tentang bagaimana metode penyembuhan pasien dengan cara hipnotis melalui alam bawah sadar manusia, sebagaimana seperti yang di utarakan Freud tentang metode Breuer ini. Terus terang saya memang sangat tertarik dengan metode pengobatan seperti ini . karena metode seperti ini itu metode sangat unik sekaligus paradoksial.
Selain itu juga menurut freud mimpi juga bisa sebagai teori psikis . terapi penyembuhan melalui alam bawah pra sadar manusia. Sehingga dapat dikatakan sebagai penyembuhan secara unik.
Selain itu juga aliran Psikoanalisis juga membahas tentang kepribadian manusia yakni meliputi Id, Ego, Super Ego. Dan juga dalam makalah ini membahas tentang perkembangan kepribadian manusia yang meliputi fase Oral, fase Anal, fase Phalik dan fase Laten.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa psikoanalisa memandang perilaku manusia banyak dipengaruhi masa lalu, ketidaksadaran, dan dorongan-dorongan biologis (nafsu-nafsu), yang selalu menurut kenikmatan untuk segera dipenuhi.




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Psikologi psikoanalisis

Sebagai pendiri  psikoanalisis adalah Sigmund Freud  ( 1856-1939 ).Freud mengambil metode breuer mengenai hipnotis menangani pasiennya, tetapi akhirnya tidak memuaskan dengan hipnosis tersebut, dan menggunakan assosiasi bebas ( free association ), merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis.
Tujuan dari psiko analisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang di refresh atau ditekan, yang di asumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya.
Dalam tahun 1895 Freud dan Breuer mempublikasikan “ Studies on Hysteria “ yang  dipandang sebagai permulaan dari psikoanalisis. Dalam perjalanan kerjanya Freud mendapatkan bahwa impian dari pasiennya dapat memberikan sumber  mengenai emotional material yang bermakna. Freud kemudian mempublikasikan bukunya “ The Interpretation Of Dreams “.
Beberapa mahasiswa mengadakan diskusi kelompok, dengan demikian dapat belajar mengenai psikoanalisis Freud, yang kemudian memperoleh nama Alfred Adler dan carl jung dalam oposisi nya terhadap Freud.[3]

Menurut Freud kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu
a.       Id ( dorongan-dorongan biologis )
Adapun yang terkandung di dalam id adalah sebagai potensi yang terbawa sejak lahir, insting-insting dan nafsu-nafsu primer, sumber energi psikis yang memberi daya kepada ego dan super ego untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Pada id berlaku prinsip kenikmatan :ia selalu berorientasi pada kenikmatan dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi pemuasaanya serta senantiasa menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Id yang berorientasi kenikmatan itu sepenuhnya terletak di alam tak sadar.
b.      Ego ( kesadaran terhadap realitas kehidupan )
Berfungsi merealisasikan kebutuhan-kebutuhan Id dengan jalan memilih bentuk pemuasan kenikmatan yang benar-benar ada dan tersedia, dan caranya pun dapat diterima dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian pada sistem ego berlaku prinsip realitas. Ego bertempat di dalam alam sadar, tetapi sebagian berada di alam pra sadar sebagai unsur-unsur laten yang sewaktu waktu dapat diingat kembali.
c.       Super Ego ( kesadaran normatif )
Berkembang dari ego, karena ego yang dalam fungsi memenuhi secara realistis dorongan-dorongan Id mau tak mau harus mempertimbangkan tuntutan etis normatis lingkungan. Kontak dengan lingkungan dan norma-normanya inilah yang mengembangkan super Ego. Berlainan dengan Id yang orientasinya berkenikmatan semata-mata dan ego yang senantiasa berfungsi dengan dasar prinsip realitas, maka super Ego menuntut kesempurnaan dan idealitas perilaku dengan ketaatan terhadap norma-norma lingkungan sebagai tolak ukurnya, sehingga di katakan bahwa pada super ego berlaku prinsip Idealitas.

            Pandangan  Freud tentang jiwa manusia sering disederhanakan dan di umpamakan sebagai “gunung es yang terapung di samudera”. Sebagian kecil tampak di permukaan ( Alam sadar ), bagian terbesar tidak tampak ada di samudera ( Alam tk sadar ), dan diantara keduanya ada bagian yang karena gerakan naik turunnya gelombang. Kadang-kadang hilang terendam dibawah permukaan atau tampak muncul ke atas ( Alam Prasadar ). Dengan menggunakan asosiasi bebas, hipnosis, analis mimpi, analis salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terkandung dalam alam tak sadar dapat terungkap ke alam sadar.[4]
            Kalau psikologi fungsionalisme dan gestalt merupakan reaksi dan kritik terhadap aliran faali, maka aliran psikoanalisis pada mulanya merupakan usaha mencari sebab-sebab penyakit jiwa dan teknik penyembuhannya oleh psikiater ( ahli penyakit jiwa ). Menurut mereka sebab penyakit kejiwaan ialah adanya konflik kejiwaan, yang terletak di dalam alam tak sadar ( Unconsciousness ).
Freud terkenal dengan teori psikoanalisisnya yang mencakup:
·         Teori kepribadian
Ø  Id
Ø  Ego
Ø  Super ego
·         Teori teknik analisis kepribadian
·         Teori.[5]

2.      Konsep Manusia menurut Psikoanalisa

            Pandangan psikologi Islami dan pandangan Islam dalam tradisi positif di atas bertolak belakang dengan doktrin agama kristen. Menurut doktrin kristen, seseorang terlahir dalam keadaan dosa dan dalam suatu keadaan yang tidak suci. Manusia tidak bisa menebus dirinya melalui sumber batinnya sendiri, tetapi hanya melalui kristus. Orang-orang kristen meyakini kristus telah melunasi dosa melalui kematiannya, dan telah menderita bagi semua dosa manusia. Maka adalah wajib bagi manusia menjadikan kristus sebagai juru selamatnya, agar terbebaskan dari dosa-dosa. Pandangan ini  secara diametral bertentangan dengan pandangan psikologi Islami.


Dalam hadits diterangkan :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يَـوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ- وَفِى رِوَايَةٍ: عَلَى هَذِهِ الْمِلَّةِ- فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانَهُ أَوْيُنَصِّرَانَهُ أَوْيُمَجِّسَانَهُ، كَمَا تُوْلَدُ بَهِيْمَةٌ جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
’’ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah”—dalam riwayat lain disebutkan: “Dalam keadaan memeluk agama ini—Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi’’. (HR. Bukhari dan Muslim ).

            Pandangan psikoanalisis ( Psychoanalysis ) mengungkapkan manusia lahir dalam keadaan cenderung untuk memenuhi dorongan hidup ( Eros ) dan dorongan mati ( Thanatos ) . dorongan hidup mewujud dalam bentuk libido-seksualita. Dorongan mati mewujud dalam bentuk bunuh diri dan agresi. Dorongan alami manusia dengan demikian, cenderung buruk. Kalaupun dalam diri manusia ada yang bernama super ego ( hati nurani ), tapi psikologis analisis memandang bahwa hati nurani ini terbentuk semata-mata oleh pengaruh lingkungan eksternal dan tidak bersifat alamiah.[6]
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan perubahan kuantitaif akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif sering disebut dengan perkembangan, seperti perubahan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kekanak-kanakan menjadi dewasa, dan seterusnya. Sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan pertumbuhan seperti perubahan tinggi dan berat badan.  Tingkat perkembangan adalah satu pembagian masa kehidupan menurut jarak kronologis tertentu, yang berubah-ubah secara tetap. Taraf perkembangan adalah satu periode dalam kehidupan seseorang dengan pemunculan sifat-sifat pembawaan atau pola-pola tingkah laku. Tugas-tugas perkembangan adalah ketrampilan, tingkat prestasi, dan kemampuan menyesuaikan diri yang dianggap penting pada usia tertentu bagi penyesuaian diri dengan sukses dari seseorang, yang dipengaruhi oleh kematangan psikis, tekanan kultural dari masyarakat, dan hasrat-hasrat pribadi.
Sigmund Freud dari psikoanalisa misalnya membagi perkembangan psikis manusia dalam lima fase :
1.      Fase oral
Fase ini antara usia 0-1 tahun
2.      Fase anal
Fase ini antara usia 1-3 tahun
3.      Fase phalik
Fase ini antara usia 3-6 tahun
4.      Fase Laten
Fase ini antara usia 6-12 tahun
5.      Fase genital
Fase ini antara usia 12-18 tahun.[7]
Firman Allah :
فان خاقنا كم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة و غير مخلقة لنبين لكم ونقر في الارحام ما نشا ء الي اجل مسمى

“Sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tepat dalam rahim, apa uang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” ( QS al-Hajj : 5 )

Tiga fase pertama terjadi pada masa usia balita dan diebutnya sebagai masa pragenital, sedangkan fase terakhir yang terjadi pada masa pubertas, setelah sebelumnya terjadi fase latensi dalam kehidupan manusia. Perlu diingat bahwa Freud juga dipengaruhi oleh konsep filsafat, sains dan ilmu medic pada zamannya, yang kemudian dikukuhkan konsep-konsepnya melalui pandangan kolega, murid dan pengikut alirannya. Marx dan Hillix menggambarkan pengaruh konsep filsafat, sains, dan perkembangan ilmu medic sebagai pemicu dari perkembangannya mazhab ini serta tokoh-tokoh penerus aliran psikoanalisis.[8]
Farida mengkritik tentang teori  psikoanalisa yang di kembangkan oleh sigmund freud.
a.       Teori freud yang mengungkapkan bahwa satu-satunya hal yang mendorong kehidupan manusia adalah dorongan id/ libido seksualita adalah teori yang mendapat tantangan keras. Dalam libido seksualita, seseorang berusaha mempertahankan eksistensinya karena bermaksud memenuhi hasrat seksualnya. Teori semacam ini di pandang sebagai menyederhanakan kompleksitas dorongan hidup yang ada dalam diri manusia. Dalam kaca pandang humanistik, teori ini hanya menjelaskan adanya kebutuhan yang paling mendasar ( kebutuhanfisiologis ) dan tak mampu memberikan penjelasan untuk empat kebutuhan yang lain. Psikoanalisa akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan kebutuhan akan aktualisasi diri, kebutuhan untuk beragama, dan tak mampu menjelaskan tentang dorongan yang dimiliki muslim untuk mendapat ridha Allah SWT.
b.      Konsep psikoanalisis yang terlalu menekankan masa lalu ( kecil ) terhadap perjalanan manusia ini dikritik banyak kalangan, karena dalam diri aliran ini terkandung pesimisme yang besar pada setiap upaya pengembangan diri manusia.
c.       Manusia adalah produk evolusi yang terjadi secara kebetulan / manusia hidup, lahir dan berkembang hanyalah sebagai akibat dari bekerjanya daya-daya kosmik terhadap benda-benda inorganik.[9]

BAB III
HASIL ANALISIS

Analisis Psikologi Islam Terhadap Psikologi Psikoanalisis
Islam adalah agama universal (rahmatan lil ‘alamin) memberi ruang yang sangat terbuka terhadap perkembangan sains. Oleh karenanya, dengung kebangkitan Islam ini pun menyangkut pula bidang keilmuan. Nama-nama seperti Ismail Raji al-Faruqi, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Sayyed Hussein Nasr, Yusuf Qardhawi, dan Ziauddin Sardar, Malik B. Badri dan lain-lain menjadi pelopor islamisasi ilmu pengetahuan di berbagai bidang ilmu, seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, sosiologi, antropologi, ilmu politik, psikologi dan seterusnya.
Pandangan Islam tentang Psikoanalisis bersifat transendental dan mempercayai sepenuhnya bahwa keberadaan manusia diciptakan Allah dan bahwa penciptan manusia mempunyai tujuan atau misi khusus, yaitu beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah ( pemimpin, pengatur ) di bumi. Hal ini berbeda dengan pandangan filsafat dan psikologi barat modern yang tak mencatat aspek penting bahwa kehadiran manusia diciptakan Allah dan tidak melihat adanya misi suci dari kehadiran manusia.

Obyek formal psikologi islami adalah manusia dengan segala rahasia karakter, sifat dan hakekatnya, sampai pada proses pembentukan perilakunya, yang sebenarnya merupakan materi yang paling banyak diungkapkan dalam al-Qur’an. Hal ini bermula dari konsep tentang manusia, yang bertalian dengan istilah yang selalu mengiringinnya seperti nafs, ruh, aql, qalb, fuad, fitrah, fujura, dan taqwa
Pandangan psikologi analisis (psychoanaliysis) mengungkapkan manusia lahir dalam keadaan cenderung untuk memenuhi dorongan hidup (eros) dan dorongan mati (thanathos). Dorongan hidup dalam bentuk libido-seksualita. Dorongan mati mewujud pada bentuk bunuh diri dan agresi. Dorongan alami manusia, dengan demikian, cenderung buruk. Kalaupun dalam diri manusia ada yang bernama super ego (hati nurani), tapi psikoanalisis memandang bahwa hati nurani ini berbentuk semata-mata oleh pengaruh lingkungan eksternal dan tidak bersifat alamiah.[10]
Walaupun Sigmund Freud dibilang bapaknya psikologi, namun, kajian beliau turut mendapat kritikan dari ahli-ahli psikologi lain. Satu kritikan tajam ialah ketika Freud selalu mengumpulkan data kajiannya secara spekulatif. Model riset seperti ini dinilai tidak objektif dan bagaimanapun suatu teori tidak boleh digeneralisasikan. Selain itu, pengkaji-pengkaji mendapati rata-rata konsep Freud seperti id, ego, superego, naluri mati, libido dan kerisauan, tidak dapat dibuktikan dengan kaedah eksperimen.
Sekiranya Freud seperti menelan ludah sendiri. Suatu kali Freud mengakui bahwa okultisme atau ilmu gaib dianggap sebagai klenik. Ironisnya, justru Jung menangkap sinyal yang sama dalam teori seksulitas Freud, karena teori Freud seperti hipotesis yang belum terbukti dan pandangan-pandangan spekulatif Freud lainnya. Jung menambahkan bahwa “...Kebenaran ilmiah adalah suatu hipotesis yang mungkin telah cukup untuk masa itu namun tidak perlu dilestarikan sebagai panutan segala zaman.[11]























BAB IV
KESIMPULAN


psikoanalisis adalah Sigmund Freud  ( 1856-1939 ).Freud mengambil metode breuer mengenai hipnotis menangani pasiennya, tetapi akhirnya tidak memuaskan dengan hipnosis tersebut, dan menggunakan assosiasi bebas ( free association ), merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis.
psikologi fungsionalisme dan gestalt merupakan reaksi dan kritik terhadap aliran faali, maka aliran psikoanalisis pada mulanya merupakan usaha mencari sebab-sebab penyakit jiwa dan teknik penyembuhannya oleh psikiater ( ahli penyakit jiwa ). Menurut mereka sebab penyakit kejiwaan ialah adanya konflik kejiwaan, yang terletak di dalam alam tak sadar ( Unconsciousness ).
Pada permulaan Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis mengandung dua bagian yaitu kesadaran (life conscious) dan ketidaksadaran (the unconscious). Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupakan bagian kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada dibawah permukaan air) mengandung insting-insting yang mendorong semua perilaku manusia.
Selain itu juga aliran Psikoanalisis juga membahas tentang kepribadian manusia yakni meliputi Id, Ego, Super Ego.
Dan juga membahas tentang perkembangan kepribadian manusia yang meliputi fase Oral, fase Anal, fase Phalik dan fase Laten.












DAFTAR PUSTAKA

K. Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2006
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1995
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi : Yogyakarta, 1981
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Kepribadian Muslim Pancasila, Sinar Baru: Bandung, 1998
Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia , Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2003
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002
Rifaat Syauqi  Nawawi, metodologi psokologi islam ,pustaka pelajar, Yogyakarta:2000
Farida, Psikologi Pasien, Nora Media Enterprise: kudus, 2011



[1] K. Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2006, hal. 6
[2] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1995, hal. 225
[3] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi : Yogyakarta, 1981, hal. 61-62
[4] Hanna Djumhana Bastaman, Op.Cit, hal. 225-226
[5] Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Kepribadian Muslim Pancasila, Sinar Baru: Bandung, 1998, hal. 21-22
[6] Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia , Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2003, hal. 70-71
[7] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002, hal . 94-96
[8] Rifaat Syauqi  Nawawi, metodologi psokologi islam ,pustaka pelajar, Yogyakarta:2000, hal. 43-44
[9] Farida, Psikologi Pasien, Nora Media Enterprise: kudus, 2011, hal. 97-98
[10] Fuad Nashori , Op.Cit. hal. 71-72

Tidak ada komentar:

Posting Komentar